Dalam industri perunggasan, keberhasilan beternak ayam pedaging sangat ditentukan oleh kesehatan hewan yang dipelihara. Produktivitas, konversi pakan, hingga bobot panen akan sangat terpengaruh oleh munculnya penyakit. Salah satu penyakit yang kerap menimbulkan kerugian besar, namun jarang dipahami secara mendalam oleh peternak, adalah Lymphoid Leukosis. Penyakit ini termasuk ke dalam kelompok penyakit neoplastik atau tumor yang menyerang ayam, terutama pada sistem limfoid.
Bagi sebagian peternak, mendengar istilah “leukosis” mungkin terasa asing, padahal penyakit ini memiliki dampak ekonomi yang serius. Kasus Lymphoid Leukosis biasanya menurunkan performa ayam, menyebabkan kematian mendadak, dan menimbulkan kerugian karena ayam tidak mencapai bobot ideal pada saat panen. Artikel ini akan membahas secara komprehensif apa itu Lymphoid Leukosis, bagaimana penyakit ini terjadi, apa saja gejalanya, serta bagaimana langkah pengendalian yang tepat untuk meminimalkan kerugian.
Apa Itu Lymphoid Leukosis?
Lymphoid Leukosis adalah penyakit menular pada ayam yang disebabkan oleh Avian Leukosis Virus (ALV), termasuk dalam famili Retroviridae. Virus ini memiliki kemampuan untuk menginfeksi sel-sel limfoid sehingga menimbulkan tumor pada organ-organ tertentu, terutama hati, limpa, ginjal, dan bursa Fabricius.
Penyakit ini termasuk dalam kelompok penyakit tumor ganas pada ayam yang sering kali sulit dibedakan dengan Marek’s Disease. Perbedaan mendasar antara keduanya terletak pada penyebab, pola penularan, serta organ yang terserang. Lymphoid Leukosis umumnya menyerang ayam yang berusia lebih tua, yaitu di atas 14 minggu, namun pada ayam pedaging dengan masa pemeliharaan singkat, penyakit ini bisa saja muncul lebih cepat jika tekanan infeksi sangat tinggi.
Secara global, Lymphoid Leukosis dianggap sebagai penyakit yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas, meski angka kematiannya tidak selalu tinggi. Yang lebih berbahaya adalah penurunan performa pertumbuhan ayam yang membuat peternak mengalami kerugian ekonomi.
Penyebab dan Mekanisme Penularan
Penyakit ini disebabkan oleh Avian Leukosis Virus (ALV) yang terbagi ke dalam beberapa subgrup, antara lain A, B, C, D, E, dan J. Pada ayam pedaging, subgrup J (ALV-J) adalah yang paling sering menimbulkan masalah. Virus ini menyerang jaringan hematopoietik (penghasil sel darah) serta organ limfoid sehingga memicu pertumbuhan sel abnormal (neoplasia).
Mekanisme penularan ALV:
-
Penularan vertikal
Induk ayam yang terinfeksi dapat menurunkan virus kepada anaknya melalui telur. Inilah salah satu penyebab mengapa penyakit ini sulit diberantas sepenuhnya di industri perunggasan, karena penularan bisa terjadi sejak ayam menetas. -
Penularan horizontal
Virus juga bisa menyebar antarayam melalui kontak langsung, sekresi tubuh, serta kontaminasi peralatan kandang. ALV tidak sekuat virus lain seperti Newcastle Disease, tetapi dalam kondisi kebersihan kandang buruk, penyebarannya bisa sangat cepat.
Faktor risiko yang memperparah penularan:
-
Lingkungan kandang yang padat dan kurang ventilasi.
-
Kebersihan yang buruk, sehingga virus bertahan lebih lama.
-
Stres pada ayam akibat pakan kurang berkualitas atau manajemen pemeliharaan buruk.
-
Adanya riwayat penyakit serupa pada populasi indukan.
Gejala Klinis Lymphoid Leukosis
Gejala penyakit ini sering kali tidak spesifik, sehingga peternak sering keliru mengira ayam hanya mengalami penurunan nafsu makan biasa. Namun, ada beberapa tanda khas yang bisa diperhatikan:
-
Pertumbuhan terhambat
Ayam yang terinfeksi cenderung lebih kecil dibandingkan rekan seumurnya. Bobot badan tidak mencapai target meski pakan sudah diberikan secara optimal. -
Pucat dan lemah
Sel abnormal dalam darah menyebabkan anemia. Jengger dan pial terlihat pucat, ayam mudah lemas, dan lebih sering diam. -
Pembesaran organ dalam
Jika dilakukan bedah bangkai, biasanya ditemukan hati, limpa, atau ginjal membesar dengan permukaan yang tidak rata akibat adanya tumor. -
Penurunan produksi telur (pada layer atau breeder)
Meski fokus kita pada ayam pedaging, kasus pada ayam indukan juga memengaruhi produksi telur, sehingga menambah kerugian ekonomi. -
Kematian mendadak
Pada beberapa kasus, ayam terlihat sehat sehari sebelumnya tetapi mendadak mati. Hal ini terjadi karena tumor menekan fungsi organ vital.
Dampak Ekonomi bagi Peternak
Kerugian akibat Lymphoid Leukosis sering kali tidak langsung terlihat melalui angka kematian yang tinggi, melainkan melalui penurunan produktivitas. Ayam pedaging yang seharusnya mencapai bobot 2 kg dalam waktu 35 hari, misalnya, hanya mencapai 1,5 kg. Selisih 500 gram ini jika dihitung dalam skala ribuan ekor akan menimbulkan kerugian besar.
Selain itu, ayam yang tampak sakit atau memiliki organ rusak sering ditolak oleh pasar. Pedagang cenderung menawar dengan harga lebih rendah, bahkan dalam skala pemotongan industri, ayam yang terinfeksi bisa ditolak total.
Dalam jangka panjang, peternakan dengan riwayat ALV cenderung kehilangan kepercayaan dari mitra bisnis, terutama jika tidak ada upaya pencegahan yang jelas. Inilah alasan mengapa pemahaman terhadap penyakit ini sangat penting, tidak hanya bagi peternak kecil tetapi juga perusahaan besar.
Diagnosis Lymphoid Leukosis
Menentukan bahwa ayam terinfeksi Lymphoid Leukosis tidak bisa hanya dengan mengandalkan pengamatan klinis. Perlu dilakukan diagnosis yang lebih cermat.
-
Diagnosis lapangan (field diagnosis):
-
Mengamati ayam yang pertumbuhannya jauh lebih kecil.
-
Melakukan bedah bangkai untuk melihat adanya tumor pada hati, limpa, ginjal, atau bursa Fabricius.
-
Diagnosis laboratorium:
-
Histopatologi: Melihat sel abnormal pada jaringan organ.
-
Uji serologis: Mengetahui adanya antibodi terhadap ALV.
-
PCR (Polymerase Chain Reaction): Digunakan untuk mengidentifikasi subgrup virus, terutama ALV-J.
-
Diagnosis yang akurat sangat penting karena Lymphoid Leukosis sering dikira Marek’s Disease. Padahal, strategi pengendaliannya berbeda.
Cara Mengatasi Lymphoid Leukosis
Berbeda dengan penyakit bakteri yang bisa diatasi dengan antibiotik, hingga saat ini tidak ada obat khusus yang mampu menyembuhkan ayam dari Lymphoid Leukosis. Prinsip penanganan lebih mengarah pada pencegahan dan pengelolaan populasi.
1. Manajemen Pemeliharaan
-
Pastikan kepadatan kandang sesuai standar.
-
Sediakan ventilasi cukup agar udara segar masuk dan kelembapan terkendali.
-
Minimalkan faktor stres, misalnya dengan menjaga kestabilan suhu, cahaya, dan kualitas pakan.
2. Biosekuriti yang Ketat
-
Terapkan sistem all-in all-out (semua masuk semua keluar) untuk memutus siklus penularan.
-
Bersihkan dan desinfeksi kandang secara rutin.
-
Batasi orang keluar masuk kandang.
-
Gunakan peralatan terpisah untuk setiap unit kandang agar tidak terjadi kontaminasi silang.
3. Seleksi Indukan
Karena salah satu jalur penularan adalah vertikal, memilih induk ayam yang bebas dari ALV sangat penting. Perusahaan pembibitan internasional biasanya memiliki program eradikasi ALV untuk memastikan bibit yang dijual sehat. Peternak mandiri harus lebih selektif dalam membeli DOC (day-old chick).
4. Monitoring Rutin
Lakukan sampling darah atau pengamatan necropsi secara berkala. Jika ada kasus kematian mendadak, segera lakukan bedah bangkai untuk mengetahui penyebabnya.
5. Vaksinasi (masih terbatas)
Berbeda dengan Newcastle Disease atau Gumboro, hingga saat ini belum ada vaksin komersial yang benar-benar efektif untuk ALV. Namun, penelitian terus berjalan, terutama pada ALV-J. Peternak lebih disarankan fokus pada biosekuriti ketimbang berharap pada vaksin.
Perbedaan Lymphoid Leukosis dengan Marek’s Disease
Kedua penyakit ini sering membingungkan peternak karena sama-sama menyebabkan tumor. Namun, perbedaannya dapat dikenali melalui beberapa hal:
-
Penyebab: LL disebabkan oleh ALV, sedangkan Marek’s Disease disebabkan oleh virus herpes.
-
Usia terserang: LL biasanya muncul pada ayam lebih tua, sedangkan Marek’s Disease bisa muncul sejak umur muda.
-
Organ utama yang terkena: LL lebih sering mengenai hati dan limpa, sementara Marek’s Disease menyerang saraf perifer sehingga menyebabkan kelumpuhan.
Memahami perbedaan ini penting agar langkah pengendalian tidak salah arah.
Studi Kasus: Dampak Lymphoid Leukosis di Peternakan Broiler
Sebuah peternakan broiler skala menengah di Jawa Tengah melaporkan adanya kasus kematian mendadak dengan persentase 5–7% per minggu. Awalnya, peternak mengira ayam terserang penyakit infeksi bakteri karena ada beberapa ayam terlihat lesu dan pucat. Setelah dilakukan bedah bangkai, ditemukan hati yang membesar dan berbintik putih.
Sampel dikirim ke laboratorium, hasil PCR menunjukkan ayam positif terinfeksi ALV-J. Akibatnya, dari target bobot 2,2 kg/ekor, rata-rata ayam hanya mencapai 1,6 kg. Jika dikalikan 10.000 ekor populasi, kerugian mencapai ratusan juta rupiah.
Kasus ini memperlihatkan betapa pentingnya peternak memahami Lymphoid Leukosis, agar tidak salah menilai dan bisa melakukan pencegahan lebih dini.
Strategi Pencegahan Jangka Panjang
-
Kerjasama dengan Hatchery
Pastikan membeli DOC hanya dari hatchery terpercaya yang menjamin indukan bebas ALV. -
Manajemen nutrisi yang baik
Nutrisi seimbang membantu ayam memiliki daya tahan tubuh lebih baik. -
Rotasi dan istirahat kandang
Berikan waktu kosong kandang setelah panen sebelum diisi lagi, agar sisa virus tidak menular ke periode berikutnya. -
Pendidikan peternak
Penyakit seperti Lymphoid Leukosis membutuhkan pemahaman khusus. Pelatihan, seminar, atau penyuluhan harus rutin dilakukan agar pengetahuan peternak terus berkembang.
Penutup
Lymphoid Leukosis adalah salah satu penyakit viral pada ayam pedaging yang sering luput dari perhatian. Penyakit ini disebabkan oleh Avian Leukosis Virus, terutama subgrup J, yang menyerang sistem limfoid dan memicu pertumbuhan tumor pada organ dalam. Dampak ekonominya sangat besar karena menurunkan performa ayam, menghambat pertumbuhan, dan merugikan peternak.
Tidak ada obat spesifik untuk penyakit ini, sehingga strategi utama terletak pada pencegahan melalui biosekuriti ketat, seleksi indukan, serta manajemen pemeliharaan yang baik. Dengan pemahaman yang tepat, peternak bisa meminimalkan risiko, menjaga performa ayam, dan memastikan usaha tetap berjalan dengan baik.