Telur ayam ras merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling mudah dijangkau oleh masyarakat Indonesia. Konsumsi telur per kapita terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup, pertumbuhan penduduk, serta meningkatnya kesadaran gizi. Karena itulah, harga telur menjadi salah satu indikator penting dalam stabilitas pangan nasional.
Dalam kurun waktu 2021 hingga 2025, harga telur di Indonesia mengalami fluktuasi cukup signifikan, baik di tingkat kandang (produsen) maupun di tingkat customer (eceran). Analisis mendalam tentang pergerakan harga ini penting, bukan hanya bagi peternak, tetapi juga pemerintah, pelaku distribusi, hingga konsumen akhir.
Artikel ini akan membahas secara lengkap tren harga telur selama 2021–2025, membandingkan antara harga di tingkat kandang dan di tingkat customer, mengurai faktor yang memengaruhi perbedaan harga, serta memproyeksikan bagaimana kondisi pasar telur ke depannya.
Perkembangan Harga Telur 2021–2025 di Tingkat Kandang
Harga di tingkat kandang mencerminkan kondisi riil yang dialami peternak. Harga ini dipengaruhi oleh faktor produksi seperti harga pakan, biaya tenaga kerja, serta suplai dan permintaan di pasar.
Tahun 2021
-
Harga rata-rata telur ayam ras di tingkat produsen: sekitar Rp20.700–21.000/kg.
-
Kondisi pasar relatif stabil, meski sempat terjadi tekanan harga akibat pandemi COVID-19 yang menurunkan daya beli.
-
Peternak menghadapi tantangan harga pakan jagung yang naik, sementara harga telur tidak selalu mengikuti kenaikan biaya produksi.
Tahun 2022
-
Harga telur di tingkat kandang cenderung stagnan di kisaran Rp20.000–20.500/kg.
-
Tahun ini menjadi salah satu periode berat bagi peternak karena margin keuntungan semakin tipis.
-
Kebijakan pembatasan impor jagung dan tingginya biaya distribusi memperburuk keadaan.
Tahun 2023
-
Harga telur mulai menunjukkan peningkatan signifikan.
-
Rata-rata harga di kandang mencapai Rp25.700/kg.
-
Permintaan masyarakat membaik pasca-pandemi, ditambah momen hari besar keagamaan yang mendorong konsumsi telur.
-
Kenaikan harga cukup membantu peternak untuk menutup biaya produksi yang sempat membengkak.
Tahun 2024
-
Data mencatat harga telur di tingkat kandang stabil di kisaran Rp26.500–27.500/kg.
-
Walaupun harga cenderung naik, biaya pakan tetap menjadi variabel paling besar dalam struktur produksi.
-
Peternak mulai mendapatkan napas lega, meski tetap harus berhitung ketat agar usaha tidak merugi.
Tahun 2025
-
Harga telur di tingkat kandang bervariasi antara Rp24.900–29.000/kg tergantung wilayah dan waktu.
-
Di beberapa daerah, sempat terjadi lonjakan ekstrem hingga menembus Rp32.000/kg, bahkan di daerah terpencil bisa lebih tinggi.
-
Fluktuasi tajam dipicu oleh naiknya harga pakan, distribusi yang terganggu, serta tingginya permintaan menjelang perayaan hari besar.
Perkembangan Harga Telur 2021–2025 di Tingkat Customer
Harga di tingkat customer mencerminkan harga akhir yang dibayar oleh masyarakat. Harga ini tidak hanya dipengaruhi harga kandang, tetapi juga biaya distribusi, pengemasan, margin pedagang, hingga faktor psikologis pasar.
Tahun 2021
-
Harga eceran telur rata-rata di pasar tradisional: Rp22.000–25.000/kg.
-
Selisih dengan harga kandang sekitar Rp1.500–3.000/kg.
-
Konsumen cukup diuntungkan karena harga telur masih tergolong stabil, walau daya beli masyarakat saat itu belum pulih pasca-pandemi.
Tahun 2022
-
Harga eceran tetap relatif datar, rata-rata Rp22.500–24.500/kg.
-
Masyarakat mulai merasakan perbaikan ekonomi, sehingga konsumsi telur tidak menurun.
-
Margin pedagang cukup stabil, meski biaya transportasi sedikit meningkat akibat kenaikan harga BBM.
Tahun 2023
-
Harga eceran naik signifikan ke kisaran Rp28.000–30.000/kg.
-
Kenaikan ini selaras dengan naiknya harga di kandang.
-
Perbedaan harga dengan tingkat produsen melebar, menunjukkan rantai distribusi semakin menambah beban konsumen.
Tahun 2024
-
Harga telur di pasar tradisional dan modern cenderung stabil di kisaran Rp28.500–31.000/kg.
-
Perbedaan harga antara kandang dan konsumen masih sekitar Rp2.000–3.500/kg.
-
Konsumen kelas bawah mulai merasakan beban karena telur menjadi salah satu komoditas yang sensitif terhadap inflasi.
Tahun 2025
-
Harga telur eceran nasional rata-rata mencapai Rp29.000–30.000/kg, bahkan di beberapa daerah tembus Rp32.000/kg.
-
Selisih dengan harga kandang semakin bervariasi, tergantung jarak distribusi dan ketersediaan stok.
-
Beberapa laporan menyebut harga ekstrem di daerah tertentu, terutama wilayah timur Indonesia, mencapai Rp50.000–100.000/kg, meski bukan kondisi umum nasional.
Tabel Perbandingan Harga Telur 2021–2025
Tahun | Tingkat Kandang (Produsen) | Tingkat Customer (Eceran) | Selisih Rata-rata |
---|---|---|---|
2021 | Rp20.700–21.000/kg | Rp22.000–25.000/kg | Rp1.500–3.000 |
2022 | Rp20.000–20.500/kg | Rp22.500–24.500/kg | Rp2.000–4.000 |
2023 | Rp25.700/kg | Rp28.000–30.000/kg | Rp2.300–4.300 |
2024 | Rp26.500–27.500/kg | Rp28.500–31.000/kg | Rp2.000–3.500 |
2025 | Rp24.900–29.000/kg | Rp29.000–32.000/kg | Rp3.000–5.000 |
Tabel Harga Telur di Tingkat Kandang (2021–2025)
Tahun | Harga Rata-rata | Harga Terendah | Harga Tertinggi | Catatan Utama |
---|---|---|---|---|
2021 | Rp20.792/kg | Rp19.500/kg | Rp21.500/kg | Stabil, daya beli masih tertekan pandemi |
2022 | Rp20.054/kg | Rp19.000/kg | Rp21.000/kg | Margin tipis, biaya pakan naik |
2023 | Rp25.731/kg | Rp24.000/kg | Rp27.500/kg | Pemulihan konsumsi, permintaan meningkat |
2024 | Rp26.600/kg | Rp25.500/kg | Rp28.000/kg | Harga cenderung stabil, biaya pakan tetap tinggi |
2025 | Rp24.937–29.000/kg | Rp23.500/kg | Rp32.000/kg+ | Fluktuatif, lonjakan di musim perayaan dan daerah terpencil |
Tabel Harga Telur di Tingkat Customer (2021–2025)
Tahun | Harga Rata-rata | Harga Terendah | Harga Tertinggi | Catatan Utama |
---|---|---|---|---|
2021 | Rp23.000–24.750/kg | Rp22.000/kg | Rp25.000/kg | Konsumen diuntungkan harga stabil |
2022 | Rp23.500–24.500/kg | Rp22.500/kg | Rp25.500/kg | Harga terkendali, inflasi relatif rendah |
2023 | Rp29.000–30.000/kg | Rp27.500/kg | Rp31.000/kg | Harga melonjak seiring kenaikan harga kandang |
2024 | Rp28.500–31.000/kg | Rp27.500/kg | Rp32.000/kg | Inflasi pangan mulai terasa |
2025 | Rp29.000–32.000/kg | Rp28.000/kg | Rp50.000–100.000/kg (ekstrem di Papua) | Harga nasional stabil, beberapa daerah melonjak |
Perbandingan Harga Kandang vs Customer
Tahun | Harga Kandang (Rp/kg) | Harga Customer (Rp/kg) | Selisih |
---|---|---|---|
2021 | 20.700–21.000 | 22.000–25.000 | 1.500–3.000 |
2022 | 20.000–20.500 | 22.500–24.500 | 2.000–4.000 |
2023 | 25.700 | 28.000–30.000 | 2.300–4.300 |
2024 | 26.500–27.500 | 28.500–31.000 | 2.000–3.500 |
2025 | 24.900–29.000 | 29.000–32.000 | 3.000–5.000 |
Harga Telur di Beberapa Kota (Eceran 2025)
Kota | Harga Rata-rata (Rp/kg) | Keterangan |
---|---|---|
Jakarta | 26.200–29.500 | Stabil di pasar tradisional |
Surabaya | 28.500–30.000 | Sedikit lebih tinggi dari rata-rata nasional |
Yogyakarta | 28.000–29.500 | Fluktuasi kecil |
Palembang | 30.000–31.500 | Warung eceran lebih mahal |
Jayapura | 50.000–100.000 | Harga ekstrem akibat distribusi |
Tabel Faktor Penyebab Perbedaan Harga
Faktor | Dampak di Tingkat Kandang | Dampak di Tingkat Customer |
---|---|---|
Harga pakan (jagung, kedelai) | Menentukan biaya produksi terbesar (70%) | Mendorong kenaikan harga jual akhir |
Distribusi & logistik | Biaya transportasi membebani peternak daerah | Harga eceran lebih mahal di luar Jawa |
Permintaan musiman | Harga naik di momen hari besar | Konsumen membayar lebih mahal saat Ramadan & Lebaran |
Kebijakan pemerintah | Subsidi & operasi pasar bantu stabilisasi | Harga acuan kadang tidak efektif di lapangan |
Spekulasi pasar | Tidak selalu berdampak langsung | Pedagang besar bisa menahan stok, bikin harga eceran melonjak |
Ringkasan
-
Harga kandang: 2021 sekitar Rp20 ribu → 2025 tembus Rp29 ribu/kg.
-
Harga customer: 2021 Rp23 ribu → 2025 sekitar Rp29–32 ribu/kg (bahkan lebih di daerah terpencil).
-
Selisih harga konsisten Rp2.000–5.000/kg, mencerminkan rantai distribusi.
-
Faktor utama: pakan, distribusi, permintaan musiman, kebijakan, dan perilaku pasar.
Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Harga
-
Biaya Pakan
Pakan, khususnya jagung dan kedelai, menyumbang hingga 70% dari total biaya produksi. Saat harga jagung naik, harga telur otomatis terdorong. -
Distribusi dan Logistik
Semakin jauh jarak antara kandang dan pasar, semakin besar biaya transportasi yang menambah harga di tingkat konsumen. -
Permintaan Musiman
Momen Ramadan, Idulfitri, Natal, dan Tahun Baru selalu mendorong kenaikan harga karena permintaan melonjak tajam. -
Kebijakan Pemerintah
Penetapan Harga Acuan Penjualan (HAP) oleh Bapanas dan intervensi distribusi oleh Bulog sering menjadi faktor stabilisasi, meski implementasi di lapangan tidak selalu mulus. -
Perilaku Pasar dan Spekulasi
Pedagang besar dan distributor kadang melakukan spekulasi stok yang berdampak pada melemahnya pasokan di pasar, sehingga harga naik di tingkat konsumen.
Dampak Kenaikan Harga Telur
-
Bagi Peternak:
Kenaikan harga di kandang sangat membantu ketika selaras dengan kenaikan biaya produksi. Namun jika kenaikan hanya terjadi di tingkat konsumen, peternak justru tidak mendapatkan keuntungan optimal. -
Bagi Konsumen:
Telur yang menjadi sumber protein murah mulai terasa mahal, terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. -
Bagi Pemerintah:
Harga telur yang tinggi memberi kontribusi terhadap inflasi pangan, sehingga menuntut intervensi kebijakan lebih cepat dan tepat sasaran.
Proyeksi Harga Telur ke Depan
Melihat tren 2021–2025, ada beberapa prediksi penting:
-
Harga telur kemungkinan besar akan tetap berada di kisaran Rp28.000–32.000/kg di tingkat konsumen.
-
Jika harga pakan masih fluktuatif, harga telur di kandang akan cenderung mengikuti, dengan kisaran Rp25.000–28.000/kg.
-
Pemerintah diprediksi akan lebih sering melakukan operasi pasar dan memperluas distribusi Bulog untuk menjaga stabilitas.
-
Konsumen kemungkinan akan mengurangi konsumsi telur jika harga terus merangkak naik, sehingga memengaruhi permintaan jangka panjang.
Kesimpulan
Analisis harga telur ayam ras dari 2021 hingga 2025 menunjukkan tren kenaikan di kedua level, baik kandang maupun konsumen.
-
Tingkat kandang bergerak dari Rp20 ribu/kg di 2021 menjadi Rp25–29 ribu/kg di 2025.
-
Tingkat customer naik dari Rp22 ribu/kg di 2021 menjadi Rp29–32 ribu/kg di 2025.
Perbedaan harga antara peternak dan konsumen konsisten berada di kisaran Rp2.000–5.000 per kilogram. Faktor pakan, distribusi, kebijakan, hingga permintaan musiman menjadi pendorong utama dinamika harga.
Dengan tren yang ada, perlu adanya strategi lebih efektif untuk menekan biaya distribusi, menstabilkan harga pakan, serta melindungi baik peternak maupun konsumen. Hanya dengan begitu, telur tetap bisa menjadi sumber protein yang terjangkau sekaligus menjamin keberlanjutan usaha peternakan ayam ras di Indonesia.