Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Bisnis Keripik Singkong & Ubi : Panduan Lengkap Cara Membuat Beserta Uji Kelayakannya

1 Okt 2025 | Oktober 01, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-01T15:19:52Z

 



Artikel ini memberikan panduan langkah demi langkah untuk memulai bisnis keripik singkong dan ubi (skala mikro — UMKM rumahan), termasuk resep dasar, proses produksi, peralatan, kontrol kualitas, pemasaran, serta studi kelayakan usaha dengan perhitungan realistis dan tabel. Semua asumsi harga penting diberi sumber rujukan publik agar Anda bisa menyesuaikan dengan kondisi lokal.


Mengapa bisnis keripik singkong & ubi layak dijalankan?


  • Permintaan cemilan kripik lokal (singkong/ubi) stabil di pasar tradisional, minimarket, dan e-commerce; konsumen mencari varian rasa tradisional dan sehat.

  • Bahan baku (singkong & ubi) tersedia luas di Indonesia dan harganya relatif murah dibanding bahan baku impor. Namun harga fluktuatif—ada kebijakan pemerintah terkait harga pembelian singkong dari petani yang perlu diperhatikan.


Bahan baku & harga acuan (referensi / dasar perhitungan)

 

Catatan: harga bisa berbeda per daerah dan waktu. Di bagian perhitungan nanti saya gunakan asumsi realistis (yang bisa Anda sesuaikan). Berikut referensi harga yang digunakan sebagai basis:

 

  • Harga singkong (tingkat petani/industri): ada kebijakan pemerintah yang menetapkan harga pembelian singkong petani sekitar Rp 1.350/kg (ketetapan Kementan pada 2025 untuk pembelian industri), namun di pasar lokal harga bisa lebih tinggi karena kualitas, rafaksi, dan rantai pasok. Perhatikan regulasi setempat.

  • Harga ubi jalar (pasar daerah, contoh data): tercatat di beberapa pasar/data daerah antara Rp 4.000 — Rp 9.000/kg (contoh data daerah). Pakailah harga lokal Anda.

  • Harga minyak goreng curah: sebagai komponen penting, minyak curah nasional akhir 2025 berkisar Rp 15.000–19.000 per liter (variatif per provinsi). Saya pakai asumsi harga Rp 17.500/liter untuk perhitungan contoh.

  • Harga LPG 3 kg (jika gunakan kompor gas): contoh harga eceran pengecer sekitar Rp 22.000/tabung (harga dapat bervariasi). 

  • Peralatan (pasar online): mesin pengiris sederhana listrik di marketplace mulai dari Rp 1.500.000–2.500.000; fryer/deep fryer skala kecil elektrik ada di kisaran Rp 500.000–1.000.000; peralatan yang lebih besar/komersial bisa jauh lebih mahal. Gunakan produk marketplace untuk membandingkan. 


Resep & cara membuat (versi dasar, skala UMKM)


Bahan (untuk satu batch contoh — output jadi ± 15 kg keripik kering)


  • Singkong segar: 50 kg (atau ubi jalar segar 50 kg untuk varian ubi).

  • Minyak goreng curah untuk menggoreng (isi awal vat/panci 15–25 liter tergantung peralatan; konsumsi/penambahan minyak per batch diperkirakan).

  • Garam, bumbu bubuk (bawang putih bubuk / penyedap rasa), gula/cabai bubuk sesuai varian.

  • Kemasan (foil/ziplock/label).


Peralatan minimal


  • Mesin pengupas (opsional, bisa kupas manual).

  • Mesin pengiris / slicer (1,5–2,5 juta untuk mesin kecil) atau pisau manual (lebih lambat).

  • Penggorengan: deep fryer kecil atau panci besar dengan pengaduk.

  • Alat penyaring minyak, timbangan, rak penjemur/pengering, meja kerja, alat pengemas (vacuum sealer opsional).


Langkah produksi (ringkas)


  1. Seleksi & cuci singkong/ubi — buang yang busuk.

  2. Kupas kulit; bilas lagi.

  3. Iris tipis (0.8–1.5 mm biasanya untuk krispi). Mesin pengiris mempercepat dan merata.

  4. Rendam singkong sebentar (opsional) untuk mengurangi pati dan menghasilkan warna lebih putih; beberapa produsen merendam dengan air garam atau air kapur.

  5. Tiriskan & jemur atau gunakan spinner untuk mengeluarkan air berlebih. Kelembaban harus rendah agar cepat garing saat digoreng.

  6. Goreng dalam minyak panas (sekitar 160–180°C) hingga garing; lakukan penggorengan bertahap agar suhu minyak stabil.

  7. Tiriskan minyak dan taburi bumbu saat masih hangat agar menempel.

  8. Pendinginan & pengepakan — gunakan kemasan kedap udara, beri label tanggal produksi dan komposisi.


Standar kualitas & keamanan pangan


  • Gunakan air bersih, alat bersih, jangan gunakan singkong/ubi yang berlendir.

  • Pastikan suhu goreng aman (untuk mengurangi akrilamida, jangan goreng terlalu lama pada suhu terlalu tinggi).

  • Label: komposisi bahan, tanggal kadaluarsa/produksi, nomor batch, kontak produsen.

  • Jika rencana menjual ke minimarket modern, persiapkan izin P-IRT/sertifikat yang berlaku di daerah Anda.


Model usaha — asumsi produksi & perhitungan realistis (contoh)


Saya susun model untuk produksi rumahan skala keciltarget produksi jadi: ±15 kg keripik jadi per hari, bekerja 25 hari per bulan375 kg per bulan. Model ini dapat diskalakan naik atau turun.


Asumsi harga yang dipakai dalam contoh (Anda dapat menggantinya sesuai daerah)


  • Harga singkong (pembelian pasar lokal asumsi): Rp 4.500/kg (pilih antara harga pasar atau harga petani—lihat catatan kebijakan).

  • Harga ubi jalar (alternatif): Rp 6.000/kg (untuk skenario ubi).

  • Yield (hasil jadi dari singkong segar) diasumsikan 30% (setiap 1 kg singkong → 0,30 kg keripik jadi) — faktor kehilangan kulit, kadar air, pemotongan.

  • Harga minyak goreng curah: Rp 17.500/liter. Kehilangan/minyak hangus diasumsikan 2 liter per hari pada skala kecil (angka konservatif).

  • LPG 3 kg: Rp 22.000/tabung; konsumsi diasumsikan 8 tabung/bulan untuk operasi kecil (tergantung metode penggorengan).

  • Bumbu & kemasan: bumbu Rp 2.000/kg produk; kemasan Rp 500/kg produk (rata-rata).

  • Upah pekerja: 1 orang membantu (pemilik + 1 karyawan) — upah karyawan di contoh Rp 3.500.000/bulan (bisa disesuaikan ke UMR setempat). CIMB Niaga

  • CapEx (peralatan): total Rp 6.500.000 (mesin pengiris Rp 2.000.000 + fryer + vacuum sealer sederhana, dll). Diasumsikan amortisasi selama 36 bulan. Harga pasar peralatan disesuaikan dengan listing marketplace. Lazada Indonesia+1

Semua angka di atas adalah contoh asumsi realistis berdasarkan harga pasar dan listing per 2025; silakan ubah sesuai harga di lokasi Anda. (Sumber-sumber harga minyak, LPG, mesin dipakai sebagai referensi). Databoks+2CNBC Indonesia+2


Perhitungan biaya & proyeksi (tabel)


Berikut perhitungan rinci menggunakan asumsi di atas. Semua perhitungan dihitung digit-per-digit dan disajikan agar mudah ditiru.


Input dasar (perhitungan contoh)

  • Produksi per hari (singkong segar masuk): 50 kg

  • Yield jadi: 30% → hasil jadi per hari = 50 × 0.30 = 15,00 kg

  • Hari produksi per bulan: 25 hari → hasil jadi per bulan = 15 × 25 = 375,00 kg


Tabel: Biaya variabel & tetap per bulan (Rp)


KeteranganPerhitunganNilai (Rp)
Bahan baku (singkong)50 kg/hari × 25 hari × Rp 4.500/kg5.625.000
Minyak goreng (kehilangan)2 L/hari × 25 × Rp 17.500/L = 50 L × 17.500875.000
LPG (kompor)8 tabung × Rp 22.000176.000
Bumbu (seasoning)Rp 2.000 per kg produk × 375 kg750.000
KemasanRp 500 per kg produk × 375 kg187.500
Utilities & lain-lainestimasi500.000
Total biaya variabel (bulanan)jumlah baris di atas7.613.500
Upah karyawan1 orang × Rp 3.500.0003.500.000
Amortisasi peralatan (CapEx)Rp 6.500.000 / 36 bulan180.556
Total biaya bulanan (all-in)variabel + upah + amortisasi + utilities11.794.056

(Pembulatan secara wajar dilakukan dalam tabel; perhitungan rinci tersedia di bawah.)


Penjualan & pendapatan

  • Asumsi harga jual rata-rata per kg keripik: Rp 80.000/kg (setara, mis. 100 g pack Rp 8.000 → Rp 80.000/kg). Harga ini cocok untuk keripik kemasan dijual retail/online; harga bisa lebih rendah jika jual grosir.

  • Pendapatan bulanan = 375 kg × Rp 80.000 = Rp 30.000.000


Laba / rugi bulanan (proyeksi)

  • Pendapatan: Rp 30.000.000

  • Biaya total: Rp 11.794.056

  • Laba sebelum pajak & pengeluaran pemilik = Rp 18.205.944

Kesimpulan singkat: dalam model asumsi ini, bisnis keripik singkong/ubi skala kecil (produksi 15 kg jadi/hari) dapat menghasilkan margin yang cukup menguntungkan. Namun hasil ini sensitif terhadap harga jual per kg, harga bahan baku (terutama singkong), dan tingkat efisiensi minyak / tenaga kerja.


Analisis break-even & unit economics


Variable cost per kg

Variable cost (bahan baku + minyak + LPG + bumbu + kemasan) dibagi hasil jadi:

  • Total biaya variabel per bulan = Rp 7.613.500

  • Hasil jadi per bulan = 375 kg

  • Biaya variabel per kg = 7.613.500 / 375 = Rp 20.303 (sekitar)


Kontribusi per kg (contribution margin)

  • Harga jual per kg = Rp 80.000

  • Kontribusi per kg = 80.000 − 20.303 = Rp 59.697


Break-even (per bulan)

  • Biaya tetap (upah + amortisasi + utilities) = 3.500.000 + 180.556 + 500.000 = Rp 4.180.556

  • Break-even volume = biaya tetap / kontribusi per kg = 4.180.556 / 59.697 ≈ 70 kg per bulan


Artinya: pada harga & asumsi tersebut, Anda perlu memproduksi dan menjual sekitar 70 kg/bulan untuk menutup semua biaya — target 375 kg/bulan jauh melampaui itu sehingga usaha berpotensi menguntungkan. (Perhitungan rinci sudah dicantumkan di bagian sebelumnya.)


Sensitivitas: apa yang paling memengaruhi profit?


  1. Harga jual per kg: menurunkan harga jual ke Rp 60.000/kg akan mengurangi kontribusi per kg secara signifikan. Selalu uji pasar (retail vs grosir).

  2. Harga singkong/ubi: jika Anda bisa beli dari petani langsung dengan harga lebih murah (mis. kebijakan Kementan Rp 1.350/kg untuk industri—catatan: ini harga pembelian petani yang berhubungan dengan industri tertentu), margin akan meningkat tajam. Namun ketersediaan & kualitas berbeda per daerah.

  3. Efisiensi minyak: pengelolaan minyak (filtrasi, pemanasan tepat suhu) mengurangi kehilangan minyak dan biaya.

  4. Skala produksi: banyak biaya tetap (waktu tenaga kerja, pajak, sewa kecil) dapat dipecah jika produksi ditingkatkan — artinya margin per kg bisa meningkat pada skala lebih besar.


Rencana pemasaran & distribusi (praktis untuk pemula)


  • Target awal: pasar tradisional, warung, reseller lokal, jualan online (Shopee/Tokopedia/Instagram/WhatsApp).

  • Format produk: paket 50–100 g untuk retail; paket 500 g atau 1 kg untuk grosir.

  • Branding: buat nama sederhana, beri keunggulan (contoh: tanpa pengawet, rendah MSG, varian pedas manis, organik). Label yang menarik meningkatkan nilai jual.

  • Sampling: titip sample ke warung & minimarket lokal; tawarkan margin reseller 15–25%.

  • Penjualan online: perhitungkan ongkos kirim; bundling dapat meningkatkan nilai order.

  • Kerja sama: café lokal, katering, toko snack sebagai wholesale partner.


Checklist izin & administrasi


  • Pendaftaran usaha (SIUP/NPWP) bila perlu.

  • Sertifikat P-IRT untuk makanan olahan rumahan (jika untuk pasar modern atau online lebih luas).

  • Label & BPM/BPOM: jika skala dan distribusi semakin besar, pertimbangkan standar dan registrasi makanan yang relevan di daerah Anda.


Tips operasional & penghematan biaya


  • Beli bahan baku dalam jumlah lebih besar untuk menekan harga per kg (jika modal dan ruang simpan memadai).

  • Optimalkan penggorengan (jaga suhu stabil, saring minyak) untuk memperpanjang umur minyak.

  • Gunakan mesin pengiris untuk meningkatkan output dan konsistensi ketebalan → kualitas produk, memudahkan penggorengan merata. Investasi mesin biasanya lunas dalam beberapa bulan jika permintaan stabil.

  • Diversifikasi rasa untuk menjaring pasar lebih luas (original, balado, sea salt, BBQ, manis).


Studi kasus cepat: skenario alternatif (lebih aman / konservatif)


Jika Anda ingin pendekatan konservatif (harga jual Rp 60.000/kg, biaya bahan baku lebih tinggi karena beli di pasar Rp 6.000/kg), margin turun namun masih bisa untung jika ada efisiensi.


Contoh singkat perubahan:

  • Harga jual = Rp 60.000/kg

  • Harga singkong = Rp 6.000/kg

  • Dengan asumsi lain sama → Anda dapat menghitung ulang biaya variabel/kontribusi per kg dengan rumus yang sudah dijelaskan; hasilnya akan menunjukkan apakah target produksi 375 kg/bulan masih menguntungkan.


(Saya bisa bantu buat tabel sensitivitas — mis. berapa laba jika harga jual 60k/70k/90k — kalau Anda mau, saya bisa langsung buatkan tabel tersebut.)


Rekomendasi langkah awal (praktis, 30 hari pertama)


  1. Riset pasar lokal: cek harga singkong/ubi di 3 sumber (petani, pasar, grosir).

  2. Siapkan modal minimal: estimasi modal awal untuk peralatan + bahan baku 1 bulan (Contoh: Rp 6.500.000 CapEx + modal kerja Rp 6–8 juta untuk operasional awal).

  3. Buat 50–100 sample untuk testing rasa pada pasar lokal & minta umpan balik.

  4. Mulai penjualan di 2 saluran: warung lokal + online.

  5. Catat biaya & produksi harian (simple spreadsheet) agar bisa hitung real margins dan menyesuaikan harga.


Risiko & mitigasi


  • Fluktuasi harga bahan baku: mitigasi dengan pembelian kontrak jangka pendek dengan petani lokal.

  • Persaingan harga: bedakan lewat kualitas & rasa; kemasan menarik.

  • Masalah kualitas (rasa, tengik): pastikan kebersihan dan pengelolaan minyak.

  • Perizinan: kelola dokumen sejak awal untuk menghindari hambatan distribusi.


Apakah ini layak untuk Anda jalankan?


Ya, dengan manajemen biaya yang baik, kontrol kualitas, dan strategi pemasaran yang tepat, bisnis keripik singkong & ubi cukup layak dijalankan sebagai usaha rumahan yang bisa diskalakan. Kunci keberhasilan: konsistensi mutu, efisiensi pengolahan, pemilihan kanal distribusi dan kontinjensi terhadap fluktuasi harga bahan baku.

×
Berita Terbaru Update