.png)
Industri peternakan ayam broiler di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Salah satu model usaha yang kini semakin diminati adalah pemeliharaan ayam broiler skala besar di kandang closed house. Sistem ini memungkinkan kontrol lingkungan yang optimal, meningkatkan efisiensi produksi, dan menekan angka kematian. Namun, seberapa besar sebenarnya potensi keuntungan dari bisnis ini, khususnya untuk kapasitas 10.000 ekor?
Dalam artikel ini, kita akan mengulas secara rinci simulasi biaya, pendapatan, dan margin keuntungan dari pemeliharaan ayam broiler skala 10.000 ekor dalam sistem closed house.
Apa Itu Kandang Closed House?
Kandang closed house adalah sistem peternakan ayam yang menggunakan teknologi kontrol iklim otomatis, seperti kipas exhaust, cooling pad, dan pencahayaan terprogram. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan ayam sepanjang waktu, tanpa tergantung pada kondisi cuaca luar.
Kelebihan sistem ini:
-
Pertumbuhan ayam lebih seragam
-
Mortalitas lebih rendah (biasanya <3%)
-
Konversi pakan (FCR) lebih efisien, rata-rata 1,45–1,6
-
Kepadatan ayam bisa lebih tinggi (8–10 ekor/m²)
-
Lebih higienis dan terkontrol
Rincian Biaya Produksi
Simulasi ini menggunakan data aktual dari berbagai sumber peternak mandiri dan integrator per 2025:
Kapasitas: 10.000 ekor
Siklus pemeliharaan: 35 hari
Panen per tahun: 6 siklus (dengan waktu kosong + persiapan kandang)
-
Biaya Pembelian DOC (Day Old Chick)
-
Harga DOC broiler: Rp6.500/ekor
-
Total biaya: 10.000 x Rp6.500 = Rp65.000.000
-
Biaya Pakan
-
Konsumsi pakan per ekor: ±3,5 kg (hingga panen)
-
Harga pakan: Rp8.000/kg
-
Total kebutuhan pakan: 10.000 x 3,5 kg = 35.000 kg
-
Total biaya: 35.000 x Rp8.000 = Rp280.000.000
-
Obat-obatan, vitamin, dan vaksin
-
Estimasi: Rp500/ekor x 10.000 = Rp5.000.000
-
Listrik dan air (kandang closed house menggunakan energi besar)
-
Estimasi per siklus: Rp6.000.000
-
Tenaga kerja
-
3 pekerja tetap @Rp3.000.000/bulan
-
Biaya per siklus (1,5 bulan): Rp13.500.000
-
Depresiasi kandang dan peralatan
-
Estimasi biaya pembangunan kandang closed house: Rp1,5 miliar
-
Umur pakai: 10 tahun = ±60 siklus
-
Depresiasi per siklus: Rp25.000.000
📌 Total Biaya Produksi per Siklus:
= DOC + Pakan + Obat + Listrik + Tenaga Kerja + Depresiasi
= Rp65.000.000 + Rp280.000.000 + Rp5.000.000 + Rp6.000.000 + Rp13.500.000 + Rp25.000.000
= Rp394.500.000
Potensi Pendapatan
-
Bobot panen rata-rata: 2,2 kg per ekor
-
Survival rate (angka hidup): 97% = 9.700 ekor
-
Total bobot panen: 9.700 x 2,2 kg = 21.340 kg
-
Harga jual ayam hidup: Rp22.000/kg
📌 Total Pendapatan:
= 21.340 x Rp22.000 = Rp469.480.000
Perhitungan Keuntungan
Pendapatan: Rp469.480.000
Total biaya: Rp394.500.000
📌 Laba Kotor per siklus = Rp74.980.000
Jika dalam satu tahun dilakukan 6 siklus:
📌 Laba bersih tahunan = 6 x Rp74.980.000 = Rp449.880.000
ROI dan Break-Even Point (BEP)
Dengan modal investasi awal sekitar Rp1,5 miliar untuk pembangunan kandang closed house (1 lantai kapasitas 10.000 ekor), maka:
-
ROI (Return on Investment) tahunan: ±29,9%
-
BEP: ±3,3 tahun
Perlu dicatat, ROI akan lebih tinggi jika harga jual ayam meningkat, pakan dapat dibeli dengan harga lebih rendah, atau jika memiliki feedmill sendiri.
Risiko dan Antisipasi
Bisnis ayam broiler, terutama skala besar, bukan tanpa risiko. Beberapa tantangan yang perlu diantisipasi:
-
Fluktuasi harga ayam hidup dan pakan
-
Serangan penyakit (meskipun risiko lebih kecil di closed house)
-
Ketergantungan pada pasar lokal dan tengkulak
-
Investasi awal yang besar
Solusi mitigasi:
-
Menjalin kemitraan dengan integrator untuk menjamin pembelian hasil panen
-
Memiliki asuransi ternak
-
Diversifikasi usaha (misalnya, mengolah kotoran menjadi pupuk organik)
-
Pemanfaatan teknologi IoT untuk monitoring kandang
Penutup
Peternakan ayam broiler 10.000 ekor dengan kandang closed house menawarkan peluang keuntungan yang menjanjikan bagi investor maupun pelaku peternakan modern. Dengan manajemen yang baik, ROI yang menarik, dan kontrol terhadap risiko, bisnis ini sangat potensial untuk dijalankan dalam jangka panjang.
Namun, seperti usaha lain, perencanaan yang matang, pemahaman terhadap teknis budidaya, dan kemampuan adaptasi terhadap pasar menjadi kunci keberhasilan.