Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mengenal Penyakit Paratifoid Ayam Pedaging dan Cara Mengatasinya

17 Des 2024 | Desember 17, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-28T09:43:12Z


Dalam dunia peternakan ayam pedaging, kesehatan menjadi kunci utama yang menentukan keberhasilan produksi. Ayam yang tumbuh sehat dan bebas penyakit akan memberikan hasil panen maksimal, baik dari segi bobot maupun kualitas daging. Namun, perjalanan untuk mencapai kondisi tersebut tidaklah selalu mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi peternak, salah satunya adalah ancaman penyakit menular.


Salah satu penyakit yang sering muncul di kalangan peternak ayam pedaging adalah paratifoid. Meski tidak seterkenal penyakit lain seperti Newcastle Disease (tetelo) atau Gumboro, paratifoid memiliki dampak yang cukup serius. Penyakit ini tidak hanya menyerang ayam dewasa, tetapi juga bisa menyebabkan kematian massal pada anak ayam. Jika tidak ditangani dengan tepat, kerugian ekonomi yang ditimbulkan bisa sangat besar.


Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai penyakit paratifoid pada ayam pedaging, mulai dari definisi, penyebab, gejala klinis, hingga langkah-langkah pencegahan dan pengendaliannya. Harapannya, artikel ini bisa menjadi panduan praktis bagi peternak dalam menjaga kesehatan ayam pedaging mereka.


Apa Itu Penyakit Paratifoid?


Paratifoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri dari genus Salmonella, khususnya Salmonella enteritidis dan Salmonella typhimurium. Penyakit ini sering juga disebut dengan istilah salmonellosis non-pullorum, karena berbeda dengan penyakit pullorum yang disebabkan oleh Salmonella pullorum.


Secara umum, penyakit paratifoid menyerang sistem pencernaan ayam. Bakteri ini masuk ke tubuh melalui pakan, air minum, atau lingkungan yang terkontaminasi. Setelah itu, bakteri akan berkembang biak di usus dan bisa menyebar ke organ lain seperti hati, limpa, bahkan darah.


Ayam pedaging yang terinfeksi biasanya menunjukkan gejala lemah, nafsu makan menurun, diare, dan pertumbuhan terhambat. Pada anak ayam (DOC), tingkat kematian bisa mencapai angka tinggi jika tidak segera dilakukan penanganan.


Faktor Penyebab Penyakit Paratifoid


Ada beberapa faktor yang bisa memicu munculnya penyakit ini di kandang ayam pedaging. Pemahaman yang baik mengenai penyebabnya akan membantu peternak melakukan langkah pencegahan yang tepat.


  1. Kualitas DOC yang Buruk
    Anak ayam yang berasal dari induk terinfeksi bisa membawa bakteri Salmonella sejak menetas. Hal ini menyebabkan paratifoid sering muncul sejak fase awal pemeliharaan.

  2. Lingkungan Kandang Kotor
    Bakteri Salmonella bisa bertahan lama di lingkungan lembab dan kotor. Kandang yang tidak rutin dibersihkan, tempat pakan dan minum yang jarang dicuci, serta sisa feses yang menumpuk menjadi sumber utama penularan.

  3. Pakan dan Air Tercemar
    Pakan yang disimpan di tempat lembab atau terkontaminasi tikus dapat menjadi media berkembangnya Salmonella. Begitu juga dengan air minum yang tidak bersih, terutama jika berasal dari sumber yang tidak terjamin kebersihannya.

  4. Manajemen Pemeliharaan Buruk
    Kepadatan kandang terlalu tinggi, sirkulasi udara buruk, serta stres pada ayam dapat menurunkan daya tahan tubuh. Kondisi ini membuat ayam lebih rentan terhadap infeksi bakteri.

  5. Kurangnya Program Biosekuriti
    Lalu lintas orang, kendaraan, maupun peralatan yang tidak dikontrol dengan baik berpotensi membawa masuk bakteri dari luar ke dalam kandang.


Gejala Klinis Paratifoid pada Ayam Pedaging


Mendeteksi gejala penyakit sejak dini adalah langkah penting agar penanganan bisa segera dilakukan. Gejala paratifoid pada ayam pedaging umumnya meliputi:


  • Lesu dan Lemah
    Ayam terlihat kurang aktif, lebih sering berdiam diri, dan tidak lincah seperti biasanya.

  • Nafsu Makan Menurun
    Ayam yang sakit biasanya tidak mau makan atau hanya makan sedikit. Hal ini berdampak pada pertumbuhan yang lambat.

  • Diare
    Feses ayam menjadi encer, berwarna kehijauan atau kekuningan, dan sering bercampur lendir. Kondisi ini membuat bulu di sekitar kloaka terlihat kotor dan basah.

  • Dehidrasi
    Karena sering diare, ayam cepat kehilangan cairan tubuh sehingga terlihat lemah dan sayapnya menggantung.

  • Pertumbuhan Terhambat
    Ayam yang terinfeksi tidak bisa mencapai bobot ideal sesuai umur. Dalam kasus berat, angka mortalitas (kematian) meningkat, terutama pada anak ayam.


Dampak Ekonomi Paratifoid pada Peternakan


Bagi peternak, kerugian akibat paratifoid tidak bisa dipandang sebelah mata. Beberapa dampak yang sering terjadi antara lain:


  1. Meningkatnya Angka Kematian
    Pada fase DOC hingga 2 minggu, kematian bisa mencapai 20–30% jika infeksi tidak dikendalikan.

  2. Pertumbuhan Tidak Seragam
    Ayam yang terinfeksi tumbuh lebih lambat dibandingkan yang sehat, sehingga terjadi ketidakseragaman bobot saat panen.

  3. Biaya Obat dan Perawatan
    Peternak harus mengeluarkan biaya tambahan untuk antibiotik, vitamin, dan tenaga kerja dalam merawat ayam sakit.

  4. Penurunan Produktivitas
    Ayam yang sakit tidak dapat mencapai bobot panen optimal, sehingga hasil penjualan berkurang.

  5. Risiko Penolakan Pasar
    Karena paratifoid disebabkan oleh Salmonella, daging ayam yang terinfeksi berpotensi membahayakan kesehatan konsumen. Hal ini bisa menimbulkan penolakan dari pasar modern atau industri pengolahan.


Cara Diagnosis Paratifoid


Diagnosis penyakit ini bisa dilakukan dengan beberapa cara:


  • Pengamatan Klinis
    Melihat gejala ayam di kandang, seperti diare, bulu kusam, dan pertumbuhan terhambat.

  • Pemeriksaan Laboratorium
    Sampel feses, organ hati, atau limpa bisa diperiksa untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri Salmonella.

  • Uji Serologi
    Tes darah dilakukan untuk mendeteksi antibodi terhadap Salmonella.


Diagnosis laboratorium sangat penting agar tidak salah membedakan dengan penyakit lain yang memiliki gejala serupa, seperti kolibasilosis atau pullorum.


Cara Mengatasi Penyakit Paratifoid


Jika ayam pedaging sudah menunjukkan gejala paratifoid, langkah-langkah berikut bisa dilakukan:


  1. Isolasi Ayam Sakit
    Pisahkan ayam yang menunjukkan gejala agar tidak menular ke yang sehat.

  2. Pemberian Antibiotik
    Beberapa antibiotik yang umum digunakan adalah enrofloxacin, oxytetracycline, atau amoxicillin. Namun, penggunaannya harus sesuai dosis dan sebaiknya di bawah pengawasan dokter hewan.

  3. Pemberian Vitamin dan Elektrolit
    Ayam yang sakit perlu tambahan nutrisi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

  4. Sanitasi Lingkungan
    Bersihkan kandang, tempat pakan, dan minum secara rutin. Gunakan desinfektan yang efektif membunuh bakteri.

  5. Manajemen Pakan dan Air
    Pastikan pakan disimpan di tempat kering dan bebas hama. Air minum harus selalu bersih dan bebas kontaminasi.


Strategi Pencegahan Paratifoid


Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Berikut langkah-langkah pencegahan yang bisa diterapkan peternak:


  1. Menerapkan Biosekuriti Ketat

    • Batasi keluar masuk orang ke kandang.

    • Gunakan alas kaki khusus di area kandang.

    • Lakukan penyemprotan desinfektan secara rutin.

  2. Membeli DOC Berkualitas
    Pilih anak ayam dari hatchery terpercaya yang bebas dari infeksi Salmonella.

  3. Menjaga Kebersihan Kandang
    Lakukan pembersihan rutin, buang feses, dan ganti litter yang kotor.

  4. Sanitasi Pakan dan Air
    Gunakan tempat pakan dan minum yang mudah dibersihkan. Jika perlu, tambahkan desinfektan khusus untuk air minum.

  5. Pemberian Probiotik
    Probiotik dapat membantu menjaga keseimbangan mikroflora usus, sehingga bakteri patogen tidak mudah berkembang.

  6. Vaksinasi
    Di beberapa negara, vaksin Salmonella sudah digunakan. Di Indonesia, penerapan vaksin masih terbatas, namun bisa menjadi salah satu pilihan untuk pencegahan.


Studi Kasus di Lapangan


Banyak peternak ayam pedaging melaporkan kerugian akibat paratifoid, terutama pada fase DOC. Misalnya, dalam satu populasi 5000 ekor ayam, kematian bisa mencapai 800 ekor dalam dua minggu pertama karena paratifoid. Jika harga DOC Rp7.000 per ekor, maka kerugian langsung bisa mencapai Rp5,6 juta hanya dari kematian. Belum termasuk biaya obat dan hilangnya potensi bobot panen.


Namun, peternak yang menerapkan manajemen biosekuriti ketat, memilih DOC berkualitas, serta rutin memberikan probiotik dan vitamin, terbukti dapat menekan angka kejadian penyakit ini secara signifikan.


Kesimpulan


Penyakit paratifoid pada ayam pedaging merupakan salah satu ancaman serius dalam dunia peternakan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enteritidis dan Salmonella typhimurium, yang menyerang sistem pencernaan ayam dan dapat menyebar dengan cepat. Gejalanya meliputi diare, pertumbuhan lambat, hingga kematian pada anak ayam.


Kerugian ekonomi akibat paratifoid sangat besar, mulai dari meningkatnya angka kematian, pertumbuhan tidak seragam, biaya pengobatan, hingga risiko penolakan pasar. Oleh karena itu, langkah pencegahan menjadi kunci utama. Biosekuriti ketat, pemilihan DOC berkualitas, kebersihan kandang, serta manajemen pakan dan air yang baik harus diterapkan secara konsisten.


Jika sudah terjadi infeksi, penggunaan antibiotik sesuai anjuran dokter hewan, isolasi ayam sakit, serta perbaikan manajemen kandang menjadi langkah penanganan yang bisa dilakukan.


Dengan pemahaman yang baik dan penerapan manajemen yang tepat, peternak dapat meminimalkan risiko paratifoid dan memastikan ayam pedaging tetap sehat hingga masa panen.


×
Berita Terbaru Update