Ayam pedaging merupakan salah satu komoditas unggas yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia. Permintaan pasar terhadap daging ayam terus meningkat, seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pola konsumsi yang berkembang. Namun, keberhasilan dalam usaha peternakan ayam pedaging sangat bergantung pada kondisi kesehatan ayam yang dipelihara. Salah satu ancaman serius terhadap produktivitas dan keberlanjutan usaha ini adalah penyakit Pullorum.
Penyakit Pullorum, juga dikenal sebagai pullorum disease atau bacillary white diarrhea, disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum. Penyakit ini terutama menyerang anak ayam (DOC), meskipun dapat pula menjangkiti ayam dewasa. Jika tidak ditangani dengan tepat, pullorum dapat menyebabkan kematian massal pada ayam muda dan kerugian ekonomi yang signifikan bagi peternak.
Artikel ini akan membahas secara lengkap cara mencegah penyakit pullorum pada ayam pedaging, dengan tujuan agar hasil panen dapat maksimal dan usaha peternakan berjalan berkelanjutan.
Mengenal Penyakit Pullorum
Apa itu Pullorum?
Pullorum adalah penyakit bakterial yang menyerang saluran pencernaan ayam, terutama di usia dini. Penyebabnya adalah Salmonella pullorum, salah satu jenis bakteri dari kelompok Salmonella. Penyakit ini sangat menular dan ditularkan baik secara vertikal (dari induk ke anak melalui telur) maupun horizontal (antar ayam melalui kontak langsung atau lingkungan).
Gejala Penyakit Pullorum
Gejala klinis pullorum sangat khas, terutama pada anak ayam usia 1–2 minggu, antara lain:
-
Diare berwarna putih seperti kapur
-
Anus lengket dan tersumbat oleh kotoran kering
-
Nafsu makan menurun drastis
-
Tubuh lemas dan sering mengantuk
-
Pertumbuhan terhambat dan tidak seragam
-
Sayap menggantung, bulu kusam, dan berdiri tegak
Pada ayam dewasa, gejalanya lebih ringan atau bahkan tanpa gejala, namun tetap berperan sebagai pembawa (carrier) yang bisa menularkan penyakit ke keturunannya.
Dampak Penyakit Pullorum terhadap Usaha Peternakan
Penyakit pullorum dapat menimbulkan dampak yang sangat merugikan, terutama bagi peternak ayam pedaging skala kecil hingga menengah:
-
Tingkat kematian tinggi: Anak ayam yang terinfeksi biasanya tidak mampu bertahan lebih dari 7 hari.
-
Pertumbuhan tidak optimal: Ayam yang sembuh dari infeksi cenderung mengalami pertumbuhan terhambat.
-
Kerugian finansial: Biaya pengobatan, kehilangan ayam, dan penurunan bobot panen dapat membuat peternak merugi besar.
-
Resiko penyebaran ke seluruh kandang: Dalam waktu singkat, penyakit ini bisa menyebar ke seluruh populasi ayam dalam kandang yang sama.
-
Reputasi menurun: Peternak yang sering menjual ayam dengan riwayat penyakit akan kehilangan kepercayaan dari pembeli tetap.
Karena itu, pencegahan menjadi strategi utama dalam mengelola penyakit ini, dibandingkan hanya mengandalkan pengobatan setelah infeksi terjadi.
Strategi Pencegahan Penyakit Pullorum
1. Gunakan Bibit Ayam dari Sumber Bebas Pullorum
Pencegahan terbaik dimulai sejak pemilihan bibit (DOC). Pastikan Anda membeli DOC dari hatchery yang sudah tersertifikasi bebas pullorum. Hatchery terpercaya akan melakukan pengujian berkala terhadap indukan ayam dan lingkungan penetasan agar terhindar dari kontaminasi bakteri Salmonella pullorum.
Mintalah sertifikat uji laboratorium atau dokumen bebas penyakit saat membeli bibit. Jangan tergiur dengan harga murah tanpa jaminan kesehatan.
2. Terapkan Sistem Biosekuriti Ketat
Biosekuriti adalah tindakan pencegahan masuknya penyakit ke dalam kandang. Sistem ini mencakup:
-
Pembatasan akses: Hanya orang tertentu yang boleh masuk kandang, wajib melalui desinfeksi.
-
Penggunaan pakaian khusus: Sepatu boot, baju coverall, dan sarung tangan wajib digunakan saat masuk area kandang.
-
Desinfeksi berkala: Seluruh peralatan, kandang, dan kendaraan yang keluar-masuk harus disemprot disinfektan.
-
Zona bersih dan kotor: Pisahkan antara area kandang sehat dan karantina agar infeksi tidak menyebar.
Dengan menerapkan biosekuriti secara disiplin, risiko penyebaran penyakit termasuk pullorum dapat ditekan seminimal mungkin.
3. Karantina dan Observasi DOC
Sebelum memasukkan DOC ke dalam kandang utama, sebaiknya lakukan karantina minimal 3–5 hari di kandang terpisah. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa ayam tidak menunjukkan gejala penyakit seperti diare putih atau lemas.
Jika dalam masa karantina ditemukan gejala klinis pullorum, segera lakukan isolasi dan eliminasi ayam yang terinfeksi. Langkah cepat ini mencegah penularan lebih lanjut di populasi utama.
4. Jaga Kebersihan dan Sanitasi Kandang
Kandang yang kotor dan lembab adalah tempat ideal bagi bakteri Salmonella berkembang. Oleh karena itu:
-
Bersihkan kandang secara rutin dari kotoran dan sisa pakan.
-
Ganti alas kandang (sekam) secara berkala.
-
Pastikan tempat pakan dan minum bersih setiap hari.
-
Semprot kandang dengan disinfektan yang efektif minimal 2–3 kali seminggu.
Kebersihan kandang bukan hanya untuk kenyamanan ayam, tetapi juga sebagai langkah utama mencegah infeksi bakteri.
5. Berikan Pakan dan Air Minum yang Aman
Pastikan pakan yang digunakan tidak tercemar bakteri atau jamur. Gunakan pakan dari produsen yang terpercaya dan simpan di tempat yang kering dan terlindungi dari tikus serta serangga.
Air minum ayam juga harus bersih dan bebas kontaminasi. Sebaiknya gunakan air yang sudah disaring dan jika perlu, tambahkan desinfektan ringan seperti desinfektan oral (saniter) yang aman untuk unggas.
6. Lakukan Vaksinasi dan Suplemen Pendukung
Walau tidak tersedia vaksin khusus untuk pullorum, vaksinasi terhadap penyakit lain (seperti ND dan Gumboro) penting dilakukan agar ayam tidak mudah stres dan daya tahan tubuhnya tetap kuat. Kondisi ayam yang sehat akan lebih tahan terhadap infeksi bakteri.
Selain itu, berikan suplemen probiotik atau multivitamin pada ayam, terutama saat masa awal pemeliharaan. Probiotik membantu menjaga keseimbangan mikroflora usus dan menghambat pertumbuhan bakteri jahat seperti Salmonella.
7. Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Kerja sama dengan dokter hewan atau petugas kesehatan hewan sangat penting. Lakukan uji laboratorium secara berkala, terutama jika ditemukan gejala mencurigakan.
Pemeriksaan darah atau feses ayam dapat mengidentifikasi keberadaan bakteri Salmonella pullorum, bahkan sebelum gejala muncul secara klinis.
Penanganan Jika Terjadi Infeksi Pullorum
Jika meskipun sudah dilakukan pencegahan tetap terjadi infeksi pullorum, berikut langkah penanganan darurat yang dapat dilakukan:
-
Isolasi ayam yang sakit dari populasi utama.
-
Lakukan pemusnahan (culling) terhadap ayam yang sudah menunjukkan gejala parah.
-
Desinfeksi total terhadap kandang dan peralatan yang telah digunakan.
-
Berikan pengobatan antibiotik sesuai anjuran dokter hewan, seperti furazolidone, enrofloxacin, atau sulfonamid, namun tetap dengan pengawasan dan sesuai dosis.
-
Pantau kondisi ayam sehat secara ketat selama beberapa hari untuk memastikan tidak ada gejala lanjutan.
Namun, perlu diingat bahwa ayam yang sembuh bisa tetap menjadi carrier (pembawa) penyakit. Oleh karena itu, pengobatan hanya boleh menjadi langkah terakhir jika terjadi wabah, bukan sebagai pengganti sistem pencegahan.
Menjaga Keberlanjutan dan Hasil Panen Maksimal
Untuk menghasilkan panen ayam pedaging yang maksimal dan bebas penyakit, pencegahan penyakit pullorum harus menjadi bagian dari rutinitas harian manajemen peternakan. Usaha peternakan ayam bukan hanya tentang memberi makan dan menunggu panen, tetapi juga tentang menjaga kebersihan, kesehatan, dan kualitas manajemen secara menyeluruh.
Beberapa langkah tambahan untuk mendukung hasil panen maksimal:
-
Gunakan sistem all-in all-out untuk memutus rantai penyakit antar periode pemeliharaan.
-
Berikan waktu istirahat kandang (down time) minimal 10–14 hari setelah panen.
-
Konsultasikan program pemeliharaan dan pencegahan dengan ahli peternakan secara berkala.
-
Terus update ilmu dan praktik terbaru dari pelatihan, seminar, atau komunitas peternak.
Penutup
Penyakit pullorum merupakan momok bagi peternakan ayam pedaging, terutama karena penularannya yang cepat dan dampaknya yang signifikan terhadap hasil panen. Namun, dengan penerapan sistem pencegahan yang komprehensif, penyakit ini dapat dikendalikan bahkan dicegah sama sekali.
Mulailah dari pemilihan bibit yang sehat, penerapan biosekuriti yang ketat, hingga manajemen pakan dan sanitasi yang baik. Dengan perencanaan dan disiplin dalam manajemen peternakan, hasil panen ayam pedaging yang sehat dan maksimal bukanlah impian semata, tetapi bisa menjadi kenyataan yang mendatangkan keuntungan berkelanjutan.